8 Tradisi Unik Lebaran yang Ada di Seluruh Indonesia

Tradisi Unik Lebaran

Tradisi Unik Lebaran – Setelah berpuasa selama sebulan penuh, umat Islam di Indonesia akan merayakan hari kemenangan yang disebut hari raya Idul FItri atau lebaran. Saat lebaran, umat Islam akan menunaikan sholat Id berjamaah di masjid atau lapangan. Setelah itu, mereka akan memanjatkan doa-doa dan bersiap untuk bersilaturahmi ke tetangga dan sanak saudara.

Selain kegiatan tersebut, sebagai negara yang dikenal menjadi salah satu penganut agama Islam terbesar di dunia, Indonesia tentunya juga memiliki berbagai tradisi unik pada hari lebaran. Tradisi tersebut sudah menyatu dengan budaya dan tradisi masing-masing daerah sehingga setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi uniknya sendiri dalam menyambut hari raya.

Berikut tradisi unik lebaran yang ada di seluruh Indonesia.

Tradisi Baraan

Tradisi Baraan

Tradisi Baraan merupakan tradisi perayaan Idul Fitri di Bengkalis, Provinsi Riau. Tradisi ini pada dasarnya adalah kegiatan silaturahmi ke rumah-rumah tetangga secara beramai-ramai pada bulan Syawal. Setiap keluarga yang mengikuti Baraan membawa seluruh atau sebagian anggota keluarganya.

Kegiatan Baraan mempunyai bermacam-macam tingkatan atau jenis, mulai dari Baraan RT, RW, Desa, Mushola/Masjid, Kantor, Komunitas/Organisasi, sampai alumni sekolah. Dalam perayaan baraan, semua rumah di Dusun tersebut pasti akan mendapat giliran dikunjungi. Oleh karena itu, tradisi Baraan tidak dapat dituntaskan hanya dalam waktu satu hari.

Tuan rumah yang dikunjungi nantinya akan menyajikan hidangan untuk para tamu mulai dari hidangan ringan seperti kue ataupun hidangan berat seperti opor ayam dan sebagainya. Pada saat berkunjung ke setiap rumah, sebelum makan dan setelah makan akan dilakukan pembacaan doa bersama.

Tari Topeng Muaro

Tari Topeng Muaro

Tradisi hiburan Tari Topeng Muaro Jambi digelar pada setiap momen Idul Fitri di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Topeng yang digunakan dibuat dari labu manis tua yang berkulit keras dan dihias menggunakan cat berbagai warna. Selain itu, ditambahkan ijuk yang diletakkan di atas topeng agar menyerupai rambut.

Orang-orang yang membawakan tarian ini merupakan pemuda Desa Muara Jambi yang peduli terhadap pelestarian kebudayaan dan seni tradisi. Tradisi ini diperkirakan sudah ada ratusan tahun lalu berdasarkan penelitan dan pengakuan tetua kampung.

Menurut para tetua kampung juga, dahulu tradisi ini dimainkan lebih sederhana dibandingkan sekarang. Namun, tidak menghilangkan kesakralan untuk saling bermaafan dan menghibur di hari raya lebaran. Selain itu, tari topeng labu ini juga merupakan bagian dari sejarah perjuangan masyarakat Jambi pada zaman kolonial. Saat itu, mereka menggunakan topeng labu pada saat berhadapan dengan penjajah.

Nyembah Belari

Nyembah Belari

Anak-anak di Kecamatan Tambelan, Kabupaten Bintan memiliki tradisi unik pada saat lebaran. Anak-anak dari usia enam tahun sampai dua belas tahun secara turun temurun akan melakukan tradisi Nyembah Belari untuk memeriahkan Idul Fitri. Kegiatan bersilaturahmi ini dilakukan secara cepat dengan mengunjungi setiap rumah yang dilakukan beramai-ramai dengan cara berlari atau berjalan cepat.

Anak-anak yang melakukan Nyembah Belari ini tidak masuk ke rumah warga, melainkan hanya berdiri di teras rumah warga dan menadahkan tangan untuk menunggu pernak pernik yang akan diberikan oleh tuan rumah, tanpa paksaan atau tanpa syarat, sebelum rombongan beralih ke rumah yang lain. Biasanya, massa tersebut menyisir rumah warga yang berdekatan dengan area masjid raya kemudian bergerak ke perkampungan lainnya.

Baca Juga : 5 Olahan Daging Favorit Idul Adha

Perang Topat

Perang Topat

Meskipun dinamai perang, tradisi ini dilakukan dalam suasana damai dan penuh suka cita. Perang Topat yang berarti perang ketupat ini dilakukan oleh suku asli Lombok yakni Suku Sasak. Tradisi ini juga menjadikan ketupat sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang ada di Lombok.

Tradisi Perang Topat dimulai dengan mengarak hasil bumi, kemudian dilanjutkan dengan saling melempar ketupat yang dipercaya bisa mengabulkan doa. Tradisi ini dilakukan setelah berdoa, berziarah dan bersilaturahmi ke rumah sanak saudara dan biasanya dilakukan saat hari ke-6 Lebaran.

Dalam perang ini, ketupat yang digunakan sedikit berbeda dengan ketupat pada umumnya. Ketupat pada umumnya berukuran dua kepalan tangan orang dewasa dengan berat mencapai 150 gram. Tetapi ketupat yang digunakan disini hanya dibuat seukuran kepalan anak-anak dengan berat sekitar 30 gram saja.

Grebeg Syawal

Grebeg Syawal

Grebeg Syawal merupakan sebuah tradisi Keraton Yogyakarta dalam memperingati dan merayakan Idul Fitri yang dilangsungkan tepat pada 1 Syawal. Selain itu, Grebeg Syawal merupakan wujud syukur dan sedekah dalam bentuk pertanian. Tradisi khas Keraton Yogyakarta ini dipercaya membawa berkah dan ketenteraman untuk setiap umat Muslim.

Upacara ini diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan. Gunungan ini baru keluar mulai pukul 10.00 pagi atau setelah salat Id. Gunungan Lanang terbuat dari sayur-mayur dan hasil bumi lainnya. Dalam tradisi ini, Gunung Lanang dikawal oleh prajurit keraton dan nantinya hasil bumi tersebut akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

Baca Juga : 15 Makanan Khas Lebaran di Berbagai Negara Seluruh Dunia

Festival Meriam Karbit

Festival Meriam Karbit

Festival Meriam Karbit adalah tradisi yang sudah dilakukan oleh warga Pontianak selama 200 tahun. Festival ini dilakukan di pinggir Sungai Kapuas. Perayaan ini biasanya digelar 3 hari yakni sebelum, saat, dan sesudah Lebaran. Festival ini juga menjadi ajang perlombaan di mana peserta yang memiliki meriam dengan bunyi paling kompak akan mendapatkan nilai paling tinggi.

Pembuatan meriam ini juga cukup memakan biaya yang dapat merogoh kocek sebesar Rp 15-30 juta. Meriam ini terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian untuk menghasilkan bentuk meriam yang panjang dengan bentuk silinder yang lebar. Meriam ini juga dilengkapi dengan rotan yang digunakan sebagai pengikat meriam. Meriam karbit juga dipercaya dapat mengusir kuntilanak karena mengeluarkan suara yang bising.

Ngejot

Ngejot

Meskipun mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu, namun bukan berarti umat Muslim di sana tidak memiliki tradisi. Terdapat tradisi yang disebut Ngejot yang dilakukan umat muslim Bali setiap tahun dengan tujuan menciptakan hubungan harmonis antar umat beragama di Bali.

Dalam kegiatan ini umat Muslim akan membagi-bagikan makanan bagi semua warga tanpa membedakan agama yang dianutnya. Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali. Tradisi Ngejot juga sering dilakukan oleh umat Hindu di Bali saat mereka merayakan Hari Besar agama Hindu.

Tumbilotohe

Tumbilotohe

Di Gorontalo, ada tradisi bernama Tumbilotohe yang diselenggarakan untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Tumbilotuhe memiliki arti memasang lampu. Untuk melaksanakan tradisi ini, masyarakat setempat akan memasang lampu sejak tiga malam terakhir menjelang Idul Fitri. Tradisi Tumbilotuhe pada awalnya dilakukan untuk memudahkan warga saat memberikan zakat fitrah di malam hari di mana saat itu penerangan berasal dari lampu yang terbuat dari damar dan getah pohon.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15 masehi. Seiring berjalannya waktu, lampu tersebut diganti dengan minyak kelapa dan kemudian beralih menjadi minyak tanah. Saat ini, tradisi pemasangan lampu sudah dilakukan dengan berbagai bentuk dan warna yang meriah. Lampu tidak hanya dipasang di rumah, tetapi di sejumlah tempat umum hingga di ladang.

Itulah beberapa tradisi unik di seluruh Indonesia yang dilaksanakan pada saat lebaran. Apakah daerah asal Anda juga memiliki tradisi unik yang dirayakan pada saat lebaran?

Pos Terbaru